Mortarboard adalah salah satu simbol paling ikonik dalam upacara wisuda. Topi datar persegi ini memiliki sejarah panjang dan penuh makna, serta telah mengalami banyak perubahan desain seiring waktu. Topi wisuda yang sering kita temukan di Indonesia memiliki atasan persegi dengan warna hitam atau menyesuaikan identitas kampus.
Pemahaman mengenai mortarboard perlu digali lagi untuk menambah informasi kita. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi sejarah mortarboard wisuda, perkembangan desain mortarboard, dan evolusi topi wisuda akademik secara keseluruhan. Memahami evolusi ini memberikan pandangan yang lebih dalam tentang tradisi akademik dan simbolisme di balik aksesori yang sering kali tampak sederhana namun sarat makna ini.
Sejarah Mortarboard Wisuda
Asal-usul mortarboard dapat ditelusuri kembali ke Eropa abad pertengahan, di mana pendidikan formal mulai berkembang di universitas-universitas seperti Universitas Oxford dan Universitas Cambridge. Pada masa itu, pakaian akademik diadopsi dari pakaian sehari-hari yang dikenakan oleh para cendekiawan dan rohaniwan yang menunjukkan seseorang yang sudah belajar dan menempuh pendidikan untuk memperluas ilmu mereka.
1. Awal mula pakaian akademik
Pada abad ke-12 dan ke-13, para sarjana di universitas-universitas Eropa mengenakan jubah panjang dan penutup kepala yang dikenal sebagai "biretta" atau "pileus." Biretta adalah topi yang dikenakan oleh rohaniwan Katolik, yang memiliki tiga atau empat sudut dan kadang-kadang dihiasi dengan rumbai. Beretta ini yang akhirnya dimodifikasi untuk menjadi topi wisuda seperti saat ini.
Seiring waktu, biretta berkembang menjadi pileus quadratus, topi persegi yang lebih mirip dengan mortarboard modern. Penggunaan pileus quadratus menyebar dari kalangan rohaniwan ke kalangan akademik sebagai simbol kebijaksanaan dan pengetahuan. Oleh karena itu, wisudawan menggunakan topi wisuda dengan desain yang mirip tersebut saat hari kelulusan.
2. Perkembangan di universitas Oxford dan Cambridge
Universitas Oxford dan Cambridge memainkan peran penting dalam evolusi mortarboard. Pada abad ke-15 dan ke-16, pileus quadratus mulai digunakan oleh mahasiswa dan dosen di universitas-universitas ini. Topi ini dikenakan bersama dengan jubah akademik dan menjadi bagian penting dari pakaian resmi universitas.
Desain topi ini terus berkembang, dengan menambahkan elemen-elemen baru seperti rumbai atau tassel, yang menandakan status atau prestasi akademis. Tassel awalnya adalah tanda penghormatan dan kemuliaan, dan seiring berjalannya waktu, penggunaannya menjadi lebih umum dalam upacara wisuda.
Perkembangan Desain Mortarboard
Desain mortarboard yang kita kenal hari ini adalah hasil dari berbagai perubahan dan adaptasi selama berabad-abad. Dari bentuk pileus quadratus yang sederhana hingga desain topi persegi yang lebih kompleks, perkembangan ini mencerminkan perubahan dalam tradisi akademik dan budaya.
1. Bentuk persegi
Salah satu perubahan paling signifikan dalam desain mortarboard adalah adopsi bentuk persegi. Bentuk ini diyakini melambangkan buku atau catatan ilmu pengetahuan yang menjadi dasar dari pendidikan tinggi seseorang. Bentuk persegi juga memberikan mortarboard tampilan yang unik dan mudah dikenali jika seseorang sedang merayakan hari kelulusannya.
2. Penambahan tassel
Penambahan tassel atau rumbai pada mortarboard adalah inovasi lain yang menambah makna simbolis pada topi ini. Tassel awalnya digunakan untuk menandakan status rohaniwan, tetapi dalam konteks akademik, tassel mulai digunakan untuk menunjukkan tingkat pencapaian akademis. Warna tassel sering kali menunjukkan bidang studi atau tingkat akademis pemakainya.
3. Penggunaan bahan dan desain modern
Beberapa dekade terakhir, desain mortarboard telah mengalami modernisasi, baik dari segi bahan maupun bentuk. Bahan-bahan baru seperti poliester dan satin digunakan untuk membuat topi yang lebih ringan dan nyaman. Desain juga menjadi lebih bervariasi dengan penambahan hiasan dan kustomisasi, memungkinkan lulusan untuk mengekspresikan kepribadian mereka melalui mortarboard mereka.
Evolusi Topi Wisuda Akademik
Evolusi topi wisuda akademik tidak terbatas pada mortarboard saja. Ada beberapa jenis topi wisuda yang telah digunakan sepanjang sejarah, masing-masing dengan makna dan simbolisme tersendiri.
1. Topi doktor
Selain mortarboard, topi doktor atau "tam" juga merupakan bagian penting dari pakaian akademik. Tam adalah topi berbentuk bulat yang sering kali dilengkapi dengan tassel emas atau warna lain yang menunjukkan prestasi akademis tinggi. Tam biasanya dikenakan oleh lulusan program doktor dan profesor, memberikan mereka penampilan yang lebih resmi dan berwibawa.
2. Variasi regional dan institusional
Setiap negara dan institusi memiliki tradisi dan gaya pakaian akademik yang berbeda. Misalnya, di beberapa universitas di Skotlandia, topi yang dikenal sebagai "John Knox cap" digunakan dalam upacara wisuda. Topi ini berbentuk seperti bonnet dan memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan tradisi akademik Skotlandia. Sedangkan di Indonesia ini juga termasuk banyak variasinya sesuai institusi, seperti pada Universitas Padjadjaran.
3. Pengaruh budaya populer
Evolusi topi wisuda akademik juga dipengaruhi oleh budaya populer. Beberapa tahun terakhir, banyak lulusan yang menghias mortarboard mereka dengan pesan-pesan kreatif, kutipan inspiratif, dan dekorasi lainnya yang modis. Tren ini mencerminkan keinginan para lulusan untuk merayakan pencapaian mereka dengan cara yang lebih personal dan unik.
Tradisi dan Makna di Balik Mortarboard
Mortarboard tidak hanya sekadar topi; ia sarat dengan makna simbolis yang mencerminkan perjalanan akademis dan pencapaian. Beberapa tradisi yang terkait dengan mortarboard menambah lapisan makna pada upacara wisuda.
1. Pemindahan tassel
Salah satu momen paling penting dalam upacara wisuda adalah pemindahan tassel dari sisi kanan ke sisi kiri mortarboard oleh rektor. Gerakan ini melambangkan transisi dari calon lulusan menjadi lulusan resmi. Pada banyak institusi, pemindahan tassel dilakukan juga secara serentak tanpa bantuan rektor setelah pengumuman kelulusan dan menciptakan momen yang penuh emosi dan kebersamaan.
2. Lemparan mortarboard
Setelah upacara wisuda selesai, para lulusan sering kali melemparkan mortarboard mereka ke udara sebagai simbol kebahagiaan dan kebebasan. Tradisi ini dimulai di Akademi Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1912 dan sejak itu menjadi bagian tak terpisahkan dari banyak upacara wisuda di seluruh dunia. Lemparan mortarboard melambangkan akhir dari perjalanan pendidikan dan awal dari fase baru dalam kehidupan para lulusan.
3. Hiasan mortarboard
Menghias mortarboard telah menjadi tren yang populer di kalangan lulusan. Hiasan ini bisa berupa kutipan inspiratif, simbol pribadi, atau bahkan karya seni. Tradisi ini memungkinkan para lulusan untuk mengekspresikan diri mereka dan merayakan pencapaian mereka dengan cara yang unik dan kreatif. Sebenarnya tren ini bisa dijadikan sebagai inovasi mortarboard terkini yang bisa diusung oleh kampus. Kampus bisa menghubungi jasa konveksi toga wisuda, seperti Rumahjahit.com untuk membuat inovasi yang mengikuti zaman.
Kesimpulan
Evolusi mortarboard pada toga wisuda mencerminkan perjalanan panjang dan kaya dari tradisi akademik. Dari asal-usulnya di universitas-universitas abad pertengahan hingga desain modern yang kita kenal hari ini, mortarboard telah menjadi simbol universal dari pencapaian akademis dan kelulusan. Sejarah mortarboard wisuda menunjukkan bagaimana tradisi akademik berkembang dan beradaptasi seiring waktu. Perkembangan desain mortarboard mencerminkan perubahan dalam bahan dan gaya, sementara evolusi topi wisuda akademik secara keseluruhan menunjukkan keragaman dan kekayaan tradisi di berbagai negara dan institusi.
Tradisi yang terkait dengan mortarboard, seperti pemindahan tassel dan lemparan topi, menambah makna simbolis pada upacara wisuda dan memberikan momen-momen penuh emosi bagi para lulusan. Dengan memahami sejarah dan evolusi mortarboard, kita dapat lebih menghargai simbolisme dan keindahan dalam setiap detail dari tradisi akademik yang telah berlangsung selama berabad-abad.
https://toga-wisuda.blogspot.com/2024/05/pentingnya-memilih-jasa-konveksi-toga.html